Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2020

Mengawal bonus demografi Indonesia

Menurut prediksi komposisi penduduk atau lebih dikenal dengan istilah demografi, sejak tahun 2012 hingga tahun 2031, Indonesia akan menikmati bonus demografi, yaitu kondisi kependudukan yang menguntungkan karena memiliki banyak penduduk usia produktif. Secara matematis, kondisi bonus demografi dinyatakan hadir ketika perbandingan antara penduduk usia produktif (pemuda) dan penduduk usia tidak produktif (anak-anak atau manula) di bawah 50 persen. Jika semua usia produktif itu bekerja dan berpenghasilan, pendapatan bersama seluruh penduduk di sebuah negara akan jauh lebih besar dibandingkan dengan belanja pengeluarannya. Oleh karena itu, banyak negara kemudian menjadi kaya dan sejahtera karena bonus demografi. Contoh negera yang sejahtera karena bonus demografi adalah Korea Selatan dan Jepang. Puncak bonus demografi Indonesia diperkirakan terjadi pada tahun 2028−2031. Jumlah angkatan kerja (15−64 tahun) pada tahun 2020-2030 akan mencapai 70%, sedangkan sisanya, 30%, adalah penduduk ya

(Tetap) Mencintai Mantan

Anti Kesuma Mantan: bekas (pemangku jabatan, kedudukan, dan sebagainya) Mencomot kata ‘dan sebagainya’ pada definisi di atas, tulisan ini menemukan sandaran bahu untuk merebah di makna tersebut. Artinya, mantan itu bukan hanya tentang milik Anda (baca: kekasih) yang sekarang menjadi milik orang lain, atau mungkin masih belum termiliki siapapun. Dan meski sebab belum termiliki siapapun itu, Anda tidak perlu mendadak baper, apalagi ngarep lagi. Just be happy dengan kenyataan saat ini. Dont worry, selama belum ada janur kuning dan bendera kuning, maka lampu kuning masih bisa jadi lampu hijau. (Tetap) mencintai mantan bukan semata-mata tema yang ingin mencuri gelitik pembaca, tapi lebih pada keinginan membumikan hal sederhana yang mungkin bermakna raksasa dalam kehidupan berorganisasi. Pemilihan judul ini mengingatkan penulis pada peribahasa ‘Habis Manis Sepah Dibuang’ yang artinya kurang lebih adalah menyia-nyiakan setelah memperoleh keuntungan darinya. Bisa sesuatu ataupun

Membangkitkan Literasi Lokal

Penulis: Sofie Dewayani , Ketua Yayasan Litara, Anggota Satgas Gerakan Literasi Sekolah Kemendikbud Bungai ingin seperti Kak Putir, bisa menganyam tikar tapi Kak Putir tak mau mengajari. Bungai ingin seperti Kak Putir, punya banyak teman. Bungai ingin ikut bermain Basam bersama, tapi Bungai hanya boleh melihat saja. Diam-diam Bungai mengikuti Kak Putir ke sanggar. Bungai meniru gerakan Kak Putir menari. “Bungai! Anak laki-laki tak boleh menari tarian Bahalai,” kata Kak Putir. Bungai melihat dan menirukan orang menari Mandau. Hore! Ternyata ada tarian yang cocok untuk Bungai. Bungai dan Kak Putir menari bersama. Mereka bisa menari Manasai bersama-sama. GURU-GURU SD dari Kabupaten Pulang Pisau, Kotawaringin, dan beberapa kabupaten lain di Kalimantan Tengah itu takjub akan lontaran ide-ide tentang kekayaan budaya lokal yang dapat mereka tuangkan saat mengadaptasi buku cerita anak Ketika Gilang Ingin seperti Kak Sita, yang berlatar budaya Jawa. Karya guru-guru ini menampilkan tokoh ce