Skip to main content

Posts

Hemat Berjama’ah

“Selamat datang di era digital!” Anti Kesuma Imajiku melanglang pada suatu masa dimana manusianya bagai setengah robot, menyapa terbitnya mentari si super energi yang mampu memberi hingga 1000 watt energi untuk permeter persegi permukaan bumi. Dengan energilah kita dapat hidup di bumi ini. Bagaimana si penduduk era digital ini menggunakan energi? Mengulik gaya hidup modern, kita tak bisa mengelak dari fakta kebutuhan teknologi yang menjadi konsumsi primer di abad ini. Teknologi yang aktual, canggih dan mendukung prestis menjadi obsesi para generasi Z yang serba digital. Generasi Z adalah sebutan bagi mereka yang telah dihadapkan teknologi semenjak mereka dilahirkan. Mulai dari kebutuhan perangkat keras dan perangkat lunak teknologi yang semakin memberi kenyamanan hidup manusia. Memaknai kebutuhan akan dukungan teknologi di segala sisi kehidupan, kita terkunci pada sebuah tuntutan akan dukungan energi sebagai penggeraknya, utamanya adalah ketersediaan listrik. Sehubungan d
Recent posts

Mengawal bonus demografi Indonesia

Menurut prediksi komposisi penduduk atau lebih dikenal dengan istilah demografi, sejak tahun 2012 hingga tahun 2031, Indonesia akan menikmati bonus demografi, yaitu kondisi kependudukan yang menguntungkan karena memiliki banyak penduduk usia produktif. Secara matematis, kondisi bonus demografi dinyatakan hadir ketika perbandingan antara penduduk usia produktif (pemuda) dan penduduk usia tidak produktif (anak-anak atau manula) di bawah 50 persen. Jika semua usia produktif itu bekerja dan berpenghasilan, pendapatan bersama seluruh penduduk di sebuah negara akan jauh lebih besar dibandingkan dengan belanja pengeluarannya. Oleh karena itu, banyak negara kemudian menjadi kaya dan sejahtera karena bonus demografi. Contoh negera yang sejahtera karena bonus demografi adalah Korea Selatan dan Jepang. Puncak bonus demografi Indonesia diperkirakan terjadi pada tahun 2028−2031. Jumlah angkatan kerja (15−64 tahun) pada tahun 2020-2030 akan mencapai 70%, sedangkan sisanya, 30%, adalah penduduk ya

(Tetap) Mencintai Mantan

Anti Kesuma Mantan: bekas (pemangku jabatan, kedudukan, dan sebagainya) Mencomot kata ‘dan sebagainya’ pada definisi di atas, tulisan ini menemukan sandaran bahu untuk merebah di makna tersebut. Artinya, mantan itu bukan hanya tentang milik Anda (baca: kekasih) yang sekarang menjadi milik orang lain, atau mungkin masih belum termiliki siapapun. Dan meski sebab belum termiliki siapapun itu, Anda tidak perlu mendadak baper, apalagi ngarep lagi. Just be happy dengan kenyataan saat ini. Dont worry, selama belum ada janur kuning dan bendera kuning, maka lampu kuning masih bisa jadi lampu hijau. (Tetap) mencintai mantan bukan semata-mata tema yang ingin mencuri gelitik pembaca, tapi lebih pada keinginan membumikan hal sederhana yang mungkin bermakna raksasa dalam kehidupan berorganisasi. Pemilihan judul ini mengingatkan penulis pada peribahasa ‘Habis Manis Sepah Dibuang’ yang artinya kurang lebih adalah menyia-nyiakan setelah memperoleh keuntungan darinya. Bisa sesuatu ataupun

Membangkitkan Literasi Lokal

Penulis: Sofie Dewayani , Ketua Yayasan Litara, Anggota Satgas Gerakan Literasi Sekolah Kemendikbud Bungai ingin seperti Kak Putir, bisa menganyam tikar tapi Kak Putir tak mau mengajari. Bungai ingin seperti Kak Putir, punya banyak teman. Bungai ingin ikut bermain Basam bersama, tapi Bungai hanya boleh melihat saja. Diam-diam Bungai mengikuti Kak Putir ke sanggar. Bungai meniru gerakan Kak Putir menari. “Bungai! Anak laki-laki tak boleh menari tarian Bahalai,” kata Kak Putir. Bungai melihat dan menirukan orang menari Mandau. Hore! Ternyata ada tarian yang cocok untuk Bungai. Bungai dan Kak Putir menari bersama. Mereka bisa menari Manasai bersama-sama. GURU-GURU SD dari Kabupaten Pulang Pisau, Kotawaringin, dan beberapa kabupaten lain di Kalimantan Tengah itu takjub akan lontaran ide-ide tentang kekayaan budaya lokal yang dapat mereka tuangkan saat mengadaptasi buku cerita anak Ketika Gilang Ingin seperti Kak Sita, yang berlatar budaya Jawa. Karya guru-guru ini menampilkan tokoh ce

Psychology of love

Psychology depicts love as a cognitive and social phenomenon. Psychologist Robert Sternberg formulated a triangular theory of love and argued that love has three different components: Intimacy, Commitment, and Passion. Intimacy is a form by which two people can share secrets and various details of their personal lives. Intimacy is usually shown in friendships and romantic love affairs. Commitment, on the other hand, is the expectation that the relationship is going to last forever. The last and most common form of love is sexual attraction and passion. Passionate love is shown in infatuation as well as romantic love. This led researchers such as Yela [ citation needed ] to further refine the model by separating Passion into two independents components: Erotic Passion and Romantic Passion. Following developments in electrical theories, such as Coulomb's law , which showed that positive and negative charges attract, analogs in human life were developed, such as "opposites

Biology of love

Biological models of sex tend to view love as a mammalian drive,[citation needed] much like hunger or thirst. Helen Fisher, a leading expert in the topic of love, divides the experience of love into three partly-overlapping stages: lust, attraction, and attachment. Lust exposes people to others, romantic attraction encourages people to focus their energy on mating, and attachment involves tolerating the spouse long enough to rear a child into infancy. Lust is the initial passionate sexual desire that promotes mating, and involves the increased release of chemicals such as testosterone and estrogen. These effects rarely last more than a few weeks or months. Attraction is the more individualized and romantic desire for a specific candidate for mating, which develops out of lust as commitment to an individual mate forms. Recent studies in neuroscience have indicated that as people fall in love, the brain consistently releases a certain set of chemicals, including pheromones, dopamine, nor

Definitions of Love

The definition of love is the subject of considerable debate, enduring speculation and thoughtful introspection. The difficulty of finding a universal definition for love is typically tackled by classifying it into types, such as passionate love, romantic love, and committed love. These types of love can often be generalized into a level of sexual attraction. In common use, love has two primary meanings, the first being an indication of adoration for another person or thing, and the second being a state of relational status. Love is an act of identifying with a person or thing, capable of even including oneself (cf. narcissism; reverence). Dictionaries tend to define love as deep affection or fondness.[1] In colloquial use, according to polled opinion, the most favored definitions of love involve altruism, selflessness, friendship, union, family, and bonding or connecting with another.[6] Thomas Jay Oord has defined love in various scholarly publications as acting intentionally, in sym